Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/57

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

BAB II. KERAJAAN GOWA SAMPAI SULTAN HASANUDIN
NAIK TAKHTA

Melihat arti katanya, maka Gowa seperti juga kata bahasa Indonesia goa atau gua berarti liang besar pada sebuah dinding. Ada yang mengatakan bahwa Gowa berasal dari kata "Gowari" (bahasa Bugis/Makasar) yang berarti kamar atau bilik, yakni ruangan yang dapat didiami. Boleh jadi juga Gowa berasal dari kata "gowarang" (bahasa Makasar) artinya lembah atau jurang yang terjal di antara bukit-bukit menjadi tempat lalu angin. Kalau tempat yang luang seperti itu diberi berdinding maka disebut "gowari" karena sudah menyerupai ruangan atau bilik yang dapat didiami (keterangan Ahmad Makarausu Amansyah Daeng Ngilau).

Kalau kita melihat dengan seksama dan memperhatikan sungguh-sungguh keadaan geografi terutama bagian selatan Jazirah Barat Daya pulau Sulawesi, maka kita akan menemukan banyak sekali liang-liang atau gua-gua. Liang-liang purbakala yang terkenal memang banyak ditemukan di daerah Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkajene Kepulauan sampai ke Kabupaten Barru. Pun di daerah-daerah di sekitar Jeneponto dan Takalar sampai ke Kabupaten Gowa sekarang banyak sekali terdapat bukit-bukit yang bertebaran. Maka kata Gowa yang berasal dari kata gua, gowari atau gowarang memang ada dan cukup kuat dasar kebenarannya. Namun apa sebab kerajaan Gowa disebut demikian, sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.

Kapan dan apabila kerajaan Gowa itu berdiri belum ada orang yang dapat menentukannya dengan pasti. Di dalam sejarah atau buku-buku lontara yang ada, hanya sangat singkat diuraikan mula berdirinya kerajaan Gowa. Hanya dikatakan bahwa jauh sebelum Tumanurunga ri Tammalate atau Raja Gowa yang pertarna turun dari kayangan dan memerintah kerajaan Gowa, Gowa diperintah oleh Batara Guru. Siapa Batara Guru ini tidak dapat dinyatakan dengan pasti. Di dalam buku "La Galigo" yang ditulis kembali oleh Dr. Matthes di dalam buku bunga rampainya yang berjudul "De Boegineesche Chrestomathie" disebutkan bahwa Batara Guru adalah putera sulung PatotoE, yakni kepala atau pemimpin para dewa di langit. Mula-mula

43