Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/283

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

maupun dari pihak ayahnya La Patau memang berhak menduduki takhta kerajaan Bone. Aru Palaka adalah Raja Bone yang ke XIV dan La Patau adalah Raja Bone yang ke XV dan bergelar La Patau Sultan Alimudin Petta Matinrowe ri Nagauleng yang selanjutnya kita singkat saja dengan nama La Patau.

Suatu bukti bahwa Aru Palaka bukan antek dan tidak bernaung di bawah panji keinginan Belanda (V.O.C.), bahwa beliau berdiri sendiri dalam usaha merebut dan memperoleh hegemoni di Sulawesi Selatan, dapat kita lihat pula dengan jelas di dalam usaha beliau menyatukan kerajaan-kerajaan utama dan yang terbesar pengaruhnya di Sulawesi Selatan seperti kerajaan-kerajaan Bone, Gowa, Luwu' dan Soppeng di dalam satu tangan atau satu kekuasaan. Hal ini tentu saja tidak dikehendaki, bahkan sangat bertentangan dan sangat ditakuti oleh Belanda (V.O.C.). Usaha seperti itu dianggap berbahaya dan dapat mengancam kedudukan serta kepentingan Belanda (V.O.C.). Jadi cita-cita dan usaha Aru Palaka itu terang sangat bertentangan dengan maksud-tujuan dan dapat mengancam kedudukan V.O.C. (Belanda).

Sungguhpun Aru Palaka tidak mernpunyai anak atau keturunan langsung, namun keponakan dan pengganti beliau yang bernama La Pataulah yang diharapkan oleh beliau untuk mewujudkan cita-cita beliau. Oleh karena itu di dalam menjalankan politik perkawinan untuk keponakan dan penggantinya, Aru Palaka mengarahkan usahanya kepada merebut hegemoni di Sulawesi Selatan dengan membawa kerajaan-kerajaan yang terpenting di Sulawesi Selatan di bawah satu tangan atau kekuasaan.

(1) Mula-mula Aru Palaka mengawinkan La Patau dengan puteri Raja atau Datu Luwu' yang bergelar Setiaraja Sultan Muyidudin Matinrowe ri Tornpo'tikka. Puteri Datu Luwu' ini bergelar I. Yummu Opu Larompong. Sesungguhnya Datu Luwu ini adalah bekas lawan Aru Palaka dalam pertempuran laut di Buton pada awal Januari 1667. Pada waktu itu Datu Luwu' bersama-sama Karaeng Bontomarannu memimpin armada kerajaan Gowa yang dahsyat mengurung dan hampir saja menghancurkan Buton.

Harapan Aru Palaka dalam perkawinan politik ini ialah agar kelak anak yang lahir dari perkawinan agung ini dapat menduduki takhta kerajaan Bone dan Luwu'. Dan dari perkawinan


266