Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/26

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

badan penasehat. Raja memerintah secara mutlak. Sabda baginda merupakan undang-undang yang harus ditaati dan dilaksanakan.

Selain dari pada jabatan-jabatan yang telah kami sebutkan di depan tadi, ada lagi beberapa jabatan penting dalam susunan pemerintahan kerajaan Gowa yang perlu juga kami sebutkan di sini, antara lain:

Anrong-guru-lompona Tumakajannangnganga. Beliau inilah yang menjadi panglima pasukan-pasukan kerajaan Gowa pada masa ada perang. Pada masa damai beliau ditugaskan menjaga agar orang-orang mentaati dan melaksanakan segala perintah Raja Gowa. Jikalau ada orang yang membangkang dan dianggap perlu mempergunakan tindakan kekerasan, maka itu adalah tugas Karaeng Tumakajannangngang. Beliau bertugas menumpas pemberontakan dan memberantas pengacau-pengacau yang mengganggu keamanan dalam negeri kerajaan Gowa. Beliau juga bertugas menjaga keamanan pribadi Raja Gowa dan keluarga baginda.

Di bawah Anrong-guru-lompona Tumakajannangnganga ada lagi jabatan yang disebut Lomo Tumakajannangnganga. Sebagai wakil atau pengganti Panglima Perang beliau meneruskan segala perintah Karaeng Tumakajannangnganga kepada para bawahannya yang disebut Anrong-gurunna Tumakajannangnganga.

Kemudian ada lagi jabatan penting sebagai pemimpin pasukan, yakni yang disebut Anrong-guru-lompona Tu Bontoalaka. Beliau ini ialah pemimpin tertinggi pasukan-pasukan orang-orang Bontoala. Perlu diketahui bahwa Bontoala adalah sebuah kampung di bagian timur kota Makasar atau Ujung Pandang. Kampung ini merupakan tempat tinggal orang-orang tawanan perang yang kemudian dimerdekakan dan menjadi rakyat atau warga kerajaan Gowa. Mereka ini kemudian mempunyai seorang kepala atau pemimpin sendiri yang disebut Karaeng Bontoala (karaeng =Raja). Seperti yang akan kita ketahui pula nanti, setelah peperangan antara kerajaan Gowa dan Belanda (V.O.C.) berakhir, maka kampung Bontoala diduduki oleh Aru Palaka. Di sinilah Aru Palaka tinggal dan kemudian juga wafat. Oleh karena itu pulalah maka Aru Palaka memperoleh gelar anumerta ”Matinrowe ri Bontoala” artinya yang tidur (= yang wafat) di kampung Bontoala.

13