Lompat ke isi

Halaman:Srigala Melolong di Hastinapura.pdf/39

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

maka Dwapara lalu berkata pula dengan suara berbisik: „Sebagian badan saja diam-diam sudah turun di Gendaradesa, lahir djadi Harya Sangkuni jang sekarang sudah masuk didalam istana Hastinapura. Permaisuri Hanggendari sedang memuhun berkahnja Betari Durga, supaja diberi anak-anak jang gagah perkasa, untuk mendjaga kedudukannja, maka djikalau paduka turun lahir disana, itulah kebetulan sekali”.

Demikianlah maka Betara Kali lalu turun di madyapada, langit mendjadi gelap-gelita, karena badannja telah mempenuhi angkasa raja, menutupi bintang-bintang hingga suasana mendjadi seram dan menakutkan. Pada waktu liwat tengah malam, perlahan-lahan bentuknja Betara Kali mulai tertampak, merupakan seorang raseksa jang tingginja setengah langit, menghampiri tamansari Hastinapura. Tubuhnja lalu terbelah mendjadi dua, jang satu masuk menjurup kedalam potongan daging besar jang terletak dibawah puhun sembodja, mendjadi baji Duryudana, sedang badan jang sebelah lalu petjah mendjadi sembilan puluh sembilan, menjurup kedalam potongan-potongan daging lain jang tersebar dipinggir telaga, lalu mendjadi anak baji sebanjak itu djuga, anak-anak Korawa jang kemudian akan menggontjangkan djagad raja.

Dengan segera para Dewa diatas Sorga ialu mengetahui kedjadian itu, mereka djadi ribut ketakutan tiada karuan, maka rame-rame lalu pergi menghadap Betara Wisnu digunung Utara.

„Oh Pukulun”, kata mereka, „Betara Kali sudah kena budjukannja Sang Hjuang Dwapara, sekarang dia sudah memetjah tubuhnja djadi seratus, menitis sebagai puta-putranja Prabu Destarastra di Hastinapura, dunia tentu bakal mendapat penderitaan jang terlebih-lebih heibatnja, maka tidak ada seorang Dewa lain jang sanggup membereskannja, selainnja paduka sendiri”.

Betara Wisnu menjanggupi permintaannja para Dewa itu, maka bersama sang isteri Dewi Sri dan Sang Hjuang Basuki, lalu ia