Lompat ke isi

Halaman:Srigala Melolong di Hastinapura.pdf/37

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

35

orang baik tiada mampu mengadakan sesadji, hingga tidak ada suatu apa jang datang keatas Sorga, akibatnja allam kadewaan pun turut menderita.

Lantaran itu, maka para Dewa lalu sama berkumpul di Indraloka, menghadap kepada radja Dewa Betara Indra, bermusjawarat mentjari daja-upaja untuk mengatasi segala kesukaran jang sedang dihadapinja.

Penderitaan Sorga asalnja dari penderitaan dunia, maka dunialah jang harus diperbaiki, dilepaskan dari tindasannja para raseksa jang mendjilma djadi orang-orang djahat, dengan menurunkan para Dewa jang gagah perkasa, akan menitis lahir djadi manusia, untuk membasmi atau sedikitnja untuk mengimbangi kekuasaan tjilaka jang meradjalela itu. Betara Penjarikan lalu ditanja, siapa dan dimana adanja darah luhur jang boleh didjadikan jang utama.

„Pukulun,” kata Sang Betara Penjarikan, „sekarang ini masih ada titisnja kesuma, jaitu turunan jang keenam dari Resi Kanumayasa, namanja Pandudewanata, jang pada waktu ini berada diatas gunung Saptarengga. Tjuma sajang sekali sang Pandu itu masih ada didalam sot kutukannja Resi Kimindama, hingga dia tidak dapat menurunkan anak, lantaran djikalau merabah badan perempuan, ia akan meninggal dunia".

„Kalau demikian”, kata Betara Indra, „sot kutukannja Resi Kimindama harus dibatalkan”.

„Itulah sukar sekali, Pukulun”, djawab Betara Penjarikan, „kutukan dari resi agung itu tidak dapat dibatalkan, meskipun oleh Sang Hjuang Maha Dewa sendiri”.

Para Dewa mendjadi bingung, sampai kemudian Sang Hjuang Baruna dapat pikiran jang lalu ia njatakan.

„Pukulun”, kata Dewa jang menguasai tudju lautan itu, „saja tahu seorang pandita jang melaksanakan maksud ini, jaitu Sang Bagawan Druwasa, karena dia adalah gurunja Dewi Kunti, jang