Lompat ke isi

Halaman:Srigala Melolong di Hastinapura.pdf/36

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

34

Pusar dan ari-arinja Duryudana telah dipotong dan dimasukkan dalam sebuah periuk tembaga, dihanjutkan dalam sungai, kena sinarnja matahari dan tjahjanja rembulan, dibelakang hari telah mendjadi seorang anak baji lagi, nanti diketemukan oleh Begawan Sempani jang sedang bertapa lelana dipinggir sungai, lalu dibawa pulang kedepok pertapaannja di Grihatjala, dipiara sehingga besarnja mendjadi seorang gagah perkasa, diberi nama Bambang Segara, jang kemudian mendjadi suaminja Dewi Dursilawati di Hastinapura dengan kedudukan pangkat dan gelaran Tumenggung Djajadjatra, atau Tumenggung Kampungmelaju. Hal ini lebih djauh nanti akan dituturkan dalam lain tjeritera.

Demikianlah keadaannja keraton Hastinapura ketika anak-anak Korawa terlahir didalam dunia, dibarengi dengan peristiwa jang heibatnja bukan buatan. Para bidjaksana, sudjana sardjana, telah melihat tanda-tanda dan firasat jang tiada enak dengan terlahirnja seratus putra Destarastra itu, tapi jang mengetahui lebih djelas hanja para Dewa diatas Sorgaloka jang kini sedang tergontjang oleh karenanja.


IV.

Sorgaloka dalam kesunjian, para Dewa susah dan gelisah, bidadari kusut djeliput, puhun-puhun ditaman Nandana sama laju, bunga-bunganja sama rontok berakrakan diatas tanah, menerbitkan pemandangan jang sedih dan saju.

Itulah udjudnja Sorgaloka, djikalau manusia di Madyapada dalam kesengsaraan. Oleh karena machmurnja Sorga adalah tergantung dari sesadji dan pudjaan dari penduduk jang hidup dimuka bumi, maka kalau dunia sedang dibawah tindasannja bangsa raseksa, hingga kemiskinan menjelimuti seluruh penghidupan, para pendita djadi pengemis, sudah tentu dari depok pertapaannja tidak lagi tertampak asapnja dupa mengepul, orang-