33
herankan, baji-baji itu semuanja tiada satu pun jang mempunjai pusar ari-ari, ketjuali seorang, jalah baji paling besar jang kulitnja berwarna kuning sebagai emas, jang oleh permaisuri telah diempo sendiri, dibantu oleh seorang dajang lantaran sangat beratnja.
Prabu Destarastra girangnja bukan kepalang, dengan sekaligus telah mendapat putra sebanjak itu. Sesudah mereka dibersihkan, diberi pakaian jang bagus dan hangat, seorang baji diempo oleh seorang dajang, mereka berdjedjer pandjang sekali, ketika dihitung ada seratus orang, semua lelaki, ketjuali seorang sadja baji perempuan, warnanja indah membawa tanda jang kemudian hari sesudah besar pasti bakal mendjadi seorang wanita jang tjantik djelita.
Baji paling besar jang blengah-blengah kulitnja kuning sebagai emas itu, lalu diberi nama Djakapitana, Sujudana atau Duryadana. Anak inilah jang dibelakang hari mendjadikan adanja perang Bratayuda, bibit dari segala perbuatan djahat jang heibatnja sampai menggetarkan djagad, dan lantaran dia djuga sehingga bangsa Kuru habis tetumpesan, dengan menjeter lain-lain golongan manusia kedalam kemusnaan.
Ada pula seorang baji lain jang lebih besar dari pada saudaranja, baji itu mukanja setengah raseksa, mulutnja lebar dan sempowak kebawah, hidungnja pandjang sebagai tjutjuknja burung djalak-uren, matanja melolo sebagai badjingan kelaparan, ia dikasih nama Dursasana, jang dibelakang hari mendjadi seorang paling kedjam jang tiada djidji melakukan segala perbuatan nista.
Kemudian baji-baji saudaranja jang lain semua diberi nama Djajawikata, Djajabama, Tjitraksa, Tjitraksi, Tjitrajuda, Tjitrakala, Tjarujitra, Opatjitra, Amudara, Amudrasa, Tjitradarma, Hayabahu, Durmuka, Ogayuda, Ogasrayi, Aswaketu, dan lain-lain lagi sehingga djangkap sembilan puluh sembila orang banjaknja. Sedang orok jang perempuan, telah dikasih nama Retna Dewi Dursilawati.