31
mang banjak tumbuh dipinggir telaga, untuk menutupi potongan daging jang tersebar disitu. Kemudian potongan daging dari petjahan pertama, jang terletak dibawah puhun sembodja, pun ditutupi dengan daon lompong besar jang berbulu halus itu, dan lalu ia balik masuk kedalam istana kembali.
Diatas puhun jang tinggi, lalu terdengar suaranja burung tuwo jang menjeramkan, mengganter-ganter tiada berhentinja. Tiada lama burung kulik-kulik pun mendjawab dari tempat djauh, rupanja sama mendatangi makin lama makin dekat, berbareng dengan suaranja uwek-uwek dan tetekan dari tempat jang gelap, saling saut dengan burung-burung buwek, kakakbeluk, koreak dan lain-lain bangsa bersajap jang hidupnja diwaktu malam.
Rakjat negeri Hastinapura sore-sore lalu sama tutup pintu masuk tidur dengan mengandung rasa takut, karena berbareng itu angin dingin telah meniup dengan membawa suara-suara jang menjangsikan, sedang hawa udara rasanja mendjadi njes dan seram sekali.
Liwat tengah malam, orang-orang jang berdiam didalam keraton telah sama terkedjut bangun dari tidurnja, oleh karena dari djurusan taman tiba-tiba telah kedengaran suara jang sangat dahsjat, sebagai suaranja andjing-adjag jang melolong-lolong, kumandangnja memukul keseluruh pendjuru. Berbareng itu dengan serentak lalu terdengar djawaban dari binatang kalde diseantero negeri, saling-saut, ada jang sebagai menangis, segala rupa hingga orang jang mendengar djadi seram dan bingung tiada keruwan. Makin lama djedjeritan itu makin merata, tambah djauh, sehingga kedalam hutan, srigala, kuwuk, wawar, rase dan lowak pun sama berbunji, meraung dan mengulun, hingga tiada satu machluk berdjiwapun jang tiada mendjadi takut, orang-orang bulu badannja sama berdiri, ibu-ibu sama mendikap anak-anaknja jang sedang tidur, dengan putjat dan mata terbuka lebar, tiada mengerti sasmita apa jang menakutkan itu.