Lompat ke isi

Halaman:Srigala Melolong di Hastinapura.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

26

dengan nama Retna Dewi Hanggendari, dihormati dan dimuliakan oleh bangsa Kuru jang terkenal kebesarannja. Sedang Raden Sangkuni pun telah mendapat kedududan tinggi, mendjadi patih keradjaan dengan nama Kjanapatih Harya Sangkuni.

Atas perintahnja Prabu Destarastra kebon kembang istana Hastinapura telah dirobah keadaannja, untuk menjotjoki kepentingan dan kesenangannja Permaisuri Hanggendari, jang hanja membuka tutup matanja djikalau hari sudah petang, maka tamansari itu namanja diganti djadi Taman Tjandrakirana, artinja kebon bunga dari rembulan purnama raja. Kembang-kembang jang tertanam disitu sengadja dipilih jang istimewa mekarnja diwaktu malam, seperti kembang kemuning tjangkokan dari Bandjarpataruman, bunga sedap malam dari Sriwedari, dan puhun tandjung sengadja dipindahkan dari Palengkawati.

Kemudian Patih Sangkuni mengandjuri supaja dalam kebon itu dipiara djuga segala matjam binatang hutan, jaitu meniru Taman Argasoka di Alengkadiredja, taman bunganja Prabu Rahwana jang tersohor diseluruh dunia. Prabu Destarastra menuruti perkataannja Sangkuni, tapi djikalau malam ternjata jang dapat dilihat oleh Permaisuri tjuma bangsanja binatang pemakan daging jang buas-buas sadja, jalah bangsanja matjan, srigala, lowak, rase dan lain-lain jang hidupnja diwaktu malam, sedang bangsanja mendjangan, kidang, klintji dan lain-lain jang indah, semuanja sama tidur. Lantaran itu, maka waktunja permaisuri keluar bersenang-senang disitu, ia hanja menampak segala machluk berkasakan jang matanja mentjorong ditempat gelap dan suaranja menderum meraung-raung ingin minum darah.

Keadaan jang tidak selajaknja ini dapat diketahui oleh Yama Widura, jang meski usianja masih muda namun pintar dan bidjaksana, maka ia lalu menghadap kepada sang Bisma, panglima besar bangsa Kuru, tetuwa keradjaan, pernah uwa dari Prabu Destarastra dan Widura djuga.

„Kandjeng uwa", kata Widura, „tamansari jang dulunja permai dan sutji, kini berobah djadi taman jang menakutkan, maka