24
menjurup kepadanja. Sementara itu Naga Erawata telah kehilangan lari, tapi ia tidak pernah berputus asa, ia terus mentjari ubak-ubakan diseluruh dunia, akan nanti pada suatu masa dapat djuga ketemu musuhnja itu, hingga menerbitkan pula lain lelakon jang tiada kurang heibatnja.
Sang Destarastra jang sudah kemasukan Naga Korawa, telah mendjadi berobah pantjaindriyanja, daja, pentjiumnja pada waktu itu telah mirip dengan rasa pentjiumnja seekor ular, maka tiadalah mendjadi heiran ketika menjedot bau amis jang tersiar dari badannja Dewi Gendari, mendadak sifatnja djadi beringas, karena bagainja disaat itu, bau amis itulah ada bau jang seharum-harumnja. Demikianlah sebabnja, maka Dewi Gendari telah terpilih oleh sang Destarastia.
Putri dari Gendaradesa itu bukan main sedihnja, hatinja kelara-lara merasa seperti orang tersia-sia, dibuang-buang sebagai sampah. Lebih lagi setelah melihat mukanja Dewi Kunti dan Dewi Madrim, hatinja mendjadi sakit dan penasaran, kemudian timbullah perasaannja jang djelus. Achirnja segala perasaan itu lalu merupakan suatu tekad maha heibat jang kekuatannja bisa menghantjurkan dunia.
Dewi Gendari lalu menutup kedua matanja dengan kain selampe, jang kalau matahari sudah surup, allam telah djadi gelap-gelita, barulah penutup itu dibuka, akan besok paginja sebelum fadjar menjingsing penutup mata itu dipasang lagi seterusnja, dengan mengutjapkan suatu sumpah, bahwa ia akan berbuat demikian selama hidupnja. Ia tidak hendak melihat lagi sinarnja matahari dan padangnja djagad raja untuk mengundjukkan kesetiaannja seorang isteri kepada suaminja, sama-sama menderita hidup dalam allam jang gelap gelita. Sumpahnja dewi Gendari telah didjawab oleh suara guntur jang berbunji saling saut diempat pendjuru, karena Dewa-dewa pun sama terkedjut mendengar suatu sumpah jang sedemikian heibatnja.