16
Tjandabairawa, jaitu raseksa iblis pemakan manusia jang tidak bisa mati, oleh karena djika kena sendjata darahnja muntjrat tiap tetes akan berobah mendjadi raseksa djuga, makin dibunuh makin djadi bertambah banjak, hingga berdjuta-djuta membikin penuh seluruh muka bumi. Raden Pandudewanata kewalahan, maka ia lari minta pertulungannja Destarastra, jang dengan kesaktiannja adji Kumbalageni, ribuan buta Tjandabairawa itu telah dimusnakan sama sekali. Kemudian Pandu lalu madju lagi, Narasoma telah diputar dalam angin Lindupanon, sehingga ia menjerah kalah dan pasrahkan Dewi Prita dengan hati jang ichlas *).
Merasa ketarik dengan kesaktian dan keutamaannja putra Hastinapura itu, maka Narasoma menjerahkan djuga adiknja perempuan jang bernama Retna Dewi Madrim kepada sang Pandudewanata untuk istrinja jang nomer dua. Demikianlah, maka ketika Pandu bersama saudara-saudaranja pulang dari negeri Mandura, ada mengiringi dua orang putri jang indahnja menjuramkan kahjangan.
Ditengah djalan mereka bertemu dengan Raden Sangkuni, putranja Prabu Suwala dari negeri Gendara, jang maksudnja akan pergi turut masuki sajembara putri dinegeri Mandura, ketika mengetahui bahwa putri itu sudah didapatkan oleh Pandudewanata, lalu ia mentjari setori niat membegal dan rebut dengan kekerasan.
Sangkuni tiada tahu diri, sebagaimana orang-orang jang masih muda, sombong, tamberang, merasa kuat dan gagah, tiada tahu ketika berperang dengan Pandu, hanja dalam beberapa djurus sadja ia sudah kena diringkus, dikusrukkan diatas tanah, gegernja diindjak kaki sang Pandu jang beratnja ada sebagai Gunung Mahendra, ia rasakan dirinja akan remuk hantjur, maka ia mendjerit-djerit muhun ampun, supaja djangan terus dibinasakan.
- ) Batja buku: „Mustika Hargabelah”.