Lompat ke isi

Halaman:Srigala Melolong di Hastinapura.pdf/14

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

12

tentram sekali. Kemudian mereka meneruskan perdjalanan kedjurusan Utara, sampai dipinggirnja Telaga Hendradjumena, lalu mereka bertapa sembari tiada berhentinja mandi sesutji disitu. Sesudah dapat beberapa waktu lamanja, lalu mereka melandjutkan perdjalanannja kearah Timur laut tiba ditanah pegunungan Saptaregga, maka disinilah Prabu Pandudewanata berkenan akan tinggal seterusnja, mendirikan pondok pedepokan untuk tempat tinggalnja, dimana ia tiap hari mudja samedi mentjari persatuan kepada Brahma jang maha agung. Dan disini djuga pada kemudian hari Dewi Kunti dan Dewi Madrim atas berkahnja Dewataraya dengan tjara mudjidjat akan melahirkan lima orang putra jang disebut Pantja Pandawa, lima djago jang namanja menggetarkan Triloka dan akan hidup terus dalam bibirnja semua manusia sehingga achir djaman.




II.

Ditinggalkan oleh Prabu Pandudewanata negeri Hastina telah mendjadi suram hilang tjahjanja, rahajat negeri bermuramdurdja, sebagai anak-anak jang ditinggal mati orang tuwanja. Diwaktu siang pasar mendjadi sepi, waktu malam orang-orang sama mengidungkan pudji-pudjian, meminta kepada Dewata supaja radja jang tertjinta itu bisa lekas pulang kedalam negerinja pula.

Lebih lagi para mentri sentana, sama berduka tjita, mereka merasa kehilangan pelindung jang bidjaksana, tiada heran maka negeri Hastinapura telah mendjadi sepi dan samun.

Tapi sudah umumnja didalam madyapada dimana ada buwah jang gugur, disitu tentu ada ulat jang hidup senang oleh karenanja. Diantara mereka jang bersusah hati, ada djuga jang mendapat kegirangan lantaran perginja sang prabu, dan itu bukan lain dari sang Retna Dewi Gendari, bersama adiknja lelaki jang bernama Raden Trigantalpati, atau lebih terkenal dengan nama Harya Sangkuni.