Lompat ke isi

Halaman:Srigala Melolong di Hastinapura.pdf/13

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

11

„Aduh Dewa, Dewa........” berseruh Prabu Pandu dengan hati seperti diradjang-radjang.

Pada hari besoknja, sri baginda telah mengumpulkan para sentana dan menteri keradjaan, tiada ketinggalan sang Bisma tetua bangsa Kuru jang mendjadi penasihat dan senapati negara, djuga sang Destarastra dan Yama Widura, semua berkumpul dihalaman istana. Disitu sang prabu menuturkan segala keadaan jang telah menimpa dirinja, kemudian ia mengutarakan maksudnja hendak pergi bertapa masuk ketanah pagunungan jang sunji, meninggalkan tahta keradjaan Hastinapura kedalam tangannja pangeran Destarastra.

Destarastra sebenarnja ada pernah saudara tuwanja Prabu Pandudewanata, maka seharusnja dialah jang duduk mendjadi radja. Akan tetapi Destarastra itu bernasib malang, karena ia sudah buta matanja sedari ia dilahirkan, maka sang adiklah jang menjambungi duduk mendjadi radja di Hastinapura. Kini Prabu Pandu hendak meninggalkan keradjaannja, maka ia angkat saudara tuwa itu sebagai wakilnja dengan kekuasaan penuh sebagai radja besar jang memerintah seluruh tanah daratan Kurudjenggala.

Demikianlah, sesudah mendapat berkahnja sang Bisma jang wataknja luhur dan utama, maka Prabu Pandudewanata lalu berangkat meninggalkan negerinja, dengan di-iringi oleh kedua orang permaisurinja dan banjak para pandita yang ikut mengawani, pergi menudju ketanah pegunungan Nagasata, suatu tanah jang sangat permai, penuh kembang jang indah-indah, dimana mereka berdiam sementara lamanja, kemudian lalu pindah kegunung Tjitrarata jang hutannja penuh dengan puhun bebuwahan jang enak-enak, terus ke pegunungan Kalakuta jang banjak burung-burung bagus, tiap hari dari pagi hingga petang sama ngotjeh menjanji tiada berhentinja. Dari situ mereka naik lagi ke tempat yang lebih tinggi, meliwati Gunung Himawat sampai di Gandamadana, disini keadaannja sudah berbeda dengan madyapada, karena selamanja diliputi oleh halimun putih jang sedjuknja menembus ketulang-tulang, suasananja sangat sunji dan