Lompat ke isi

Halaman:Srigala Melolong di Hastinapura.pdf/12

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

10

dengan pengharapan nanti muda-mudahan Dewa maha agung akan suka memberi pengampunan atas segala kedosaanku ini. Sementara engkau berduwa, orang jang djelita, pulanglah sadja kemasing-masing orang tuwamu, karena engkau adalah putrinja radja-radja jang agung dan kaja raja, sedang masih muda-muda dan tjantik-tjantik, nistjaja banjak sekali anak radja atau satriya utama jang akan melamar dirimu. Hal ini bukan sadja aku perkenankan, malahan aku minta engkau lakukan atas pengharapan dan pudjianku jang setulus-tulusnja”.

Kembali duwa orang istri agung itu lalu menangis sangat kerasnja, kemudian dengan suara terputus-putus Dewi Kunti berkata:

„Oh sri baginda, saja tidak akan pulang ke Mandura, oleh karena seorang istri adalah mendapat hak atas keberuntungan dari suaminja, maka djikalau suami itu mendapat kesusahan, ia pun harus menerima bagian dari kesusahan itu, maka saja akan ikut baginda, kemana sadja baginda pergi”.

„Engkau sadja, denok, orang tjantik”, kata pula putri Mandura itu kepada sang madu, sembari mengusap-usap kepalanja Dewi Madrim, „pergilah pulang ke negerimu Mandaraka, disana engkau akan mendapat bahagia, karena ajahmu seorang radja besar, sedang dirimu masih muda belia, djangan menjia-njiakan rupamu jang tjantik djelita”.

Dewi Madrim menangis sesambatan sembari mendjawab:

„Tidak, kakambok, tidak, saja tidak akan pulang ke Mandaraka, saja hendak ikut baginda, meskipun pergi ke Renjetnala. Kakambok tentunja tiada keberatan djikalau saja ikut mengambil sebagian rasa bahagianja seorang istri jang melakukan tugas kesetiaannja”?

„Oh adikku, adikku. . . . . .” kata Dewi Kunti sembari peluk kepalanja Dewi Madrim, air matanja mengalir makin deras, hingga rambutnja putri Mandaraka jang hitam djengat itu mendjadi basah.