Halaman:Sorga Ka Toedjoe novelisation.pdf/62

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dah tidak kenalin lagi sama akoe ? Djawablah, Hadidjah, djawab pertanjaankoe !”

Masih djoega Hadidjah tinggal diam, karena terharoenja, hingga Kasimin djadi berkata lagi : „Hadidjah, ampoenkanlah padakoe jang soedah tinggalkan kau dengan setjara kedjam ! Bilanglah, Hadidjah, jang kau ampoenkan akoe !” sembari gojang-gojang lagi badannja Hadidjah.

Sebagai orang baroe mendoesin dari mengimpinja, achirnja bisa djoega Hadidjah berkata, sembari pegang tangannja Kasimin :

„Apa betoel kau Kasimin, soeamikoe ? Akoe toch lagi sedar, boekannja lagi mengimpi !”

„Ja, Hadidjah, akoe ini Kasimin jang selaloe kenangkan kau !” Mendapat itoe djawaban dari Kasimin, Hadidjah djadi menangis tersedoe-sedoe, begitoe djoega Kasimin, tapi ini kali mereka menangis boekan karena doeka, hanja karena kegirangan. Dengan tidak perdoelikan lagi pada Hoesin jang sedari tadi tinggal berdiri bingoeng mengawaskan kelakoean mereka, Hadidjah dan Kasimin saling rangkoel satoe sama lain sembari menangis.

Mendengar soeara tangisannja iapoenja bibi, Rasminah memboeroe keloear, tapi dibetoelan pintoe ia djadi berdiri diam sebagai orang kasima, ketika melihat Hadidjah sedang merangkoel seorang jang ia tidak kenal sembari menangis. Hoesin gojangkan tangannja, sebagai tanda soepaja Rasminah djangan ganggoe itoe doea orang, kemoedian ia samperkan itoe gadis dan toentoen Rasminah djalan keloar dari itoe roeangan.



58