Halaman:Sorga Ka Toedjoe novelisation.pdf/43

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

„Njonja, apakah boléh saja datang koendjoengi njonja dan nona Rasminah disini selama njonja beloem pindah ke Betawi ?”

Rasminah tinggal toendoekkan kepalanjja ketika Hoesin madjoekan itoe pertanjaan pada Hadidjah, siapa tidak lantas menjahoet, hanja berpikir doeloe sesa’at, kemoedian dengan sedikit sangsi baroe berkata :

„Kalau toean maoe datang menamoe tentoe sekali kita tiada keberatan soetoe apa, asal sadja toean tidak boet tjela'an pada saja poenja roemah, jang tidak karoean matjam ini”.

Mendengar djawabannja Hadidjah, hatinja Rasminah djadi girang, tapi tinggal teroes toendoekkan kepalanjja, karena koeatri metanja nanti beradoe lagi dengan matanja Hoesin, pada siapa hatinja merasa sangat tertarik.

„Terima kasih boeat njonja poenja izin itoe. Begitoe saja ada tempo saja nanti datang mengoendjoengi njonja disini. Sebab saja moesti oeroes pekerdjaan saja, izinkanlah saja berlaloe doeloe”.

Setahoe kenapa, hatinja Hoesin poen merasa tertarik pada Rasminah. Banjak gadis ia kenal, antaranja barangkali ada jang lebih tjantik dari Rasminah dan djoega lebih terpeladjar, tapi beloem pernah ia rasakan hatinja memoekoel lebih keras dari pada ketika lagi berhadapan dengan Rasminah.

„Itoe Hoesin roepanja ada seorang jang sopan dan tahoe atoeran, Ras”, begitoelah Hadidjah berkata ketika Hoesin soedah berlaloe”.

„Ja, bibi”, menjahoet Rasminah, „ia ada sangat sopan berbeda djaoeh dengan Parta jang tjeriwis”.

„Kau soedah besar, Ras”, berkata Hadidjah, „dan tidak lama lagi temponja boeat kau menikah akan

41