Halaman:Siti Kalasun.pdf/84

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

 Menjawab orang tersebut, “Itu kata sebenarnya, ada maksud apa ke saya?”

 Menjawab Sutan Sari Alam, “Kami ini orang Minang, tukang roti di Jit Mo, nan bekerja di Kesawan, kami pandai memasak roti, pandai pula membuat limun, serta membuat tempe, begitu juga gula-gula, maksud kami hendak ke situ, ke negeri Banjarmasin, kemana arah jalan ke situ, kami belum pernah ke sana.”

 Mendengar kata Sari Alam, tergelak orang Banjar itu, sambil memberi sepucuk surat, ia bernama Daeng Belonggo, orang Bugis Balanipah, ia orang kaya Banjarmasin, besok dia berangkat.

 “Lihat saja di Belawan, nantikan saja di jalan Siak, sebelah Cina tukang jahit, kapalnya berangkat pukul sepuluh,” kata Daeng Belonggo.

 Mendengar perkataan seperti itu, senang hati keduanya, berbalik mereka ke Kesawang, sampai di rumah tukang roti, kelihatan Jit Ma sedang duduk, dari jauh mengangkat tangan, berkata si Malin Saidi,

 “Manalah Baba majikan kami, maksud hati hendak berjalan, besok hari berangkat, ke Banjarmasin ke Kalimantan, beri izin kami oleh Baba, sekarang juga kami berhenti, berhenti bekerja memasak roti.”

 Mendengar perkataan si Malin, tercengang Cino toke roti, sedih hati melepas keduanya, berkata toke itu, “Tidak guna kalian berjalan, negeri jauh nan diturut, elok di sini saja bekerja, ditambah gaji sedikit, satu rupiah gaji sehari.”

 Menjawab anak muda berdua, keras hatinya berjalan, dilepas juga keduanya, diberi uang enam puluh rupiah, enam puluh untuk berdua, menerima uang enam puluh, senang hati keduanya.

 Besok harinya berangkatlah, keduanya ke stasiun, dibeli tiket ke Belawan, kereta api pukul enam, sampailah di Belawan, terus ke rumah makan, makan dan minum keduanya, sedang makan di kedai

73