Halaman:Siti Kalasun.pdf/70

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

nan sebenarnya, kata tanda putih hati, halnya gadih Siti Kalasun, anak nan sangat keras hati, terpedaya kepada suaminya, entah apa nan diberinya, pekasih apa nan dimakan, tidak bisa diberi pengertian.

 Mendengar kata seperti itu, gelak melengah si Palindih, menjawab ia saat itu, “Manalah Mandeh Rapiah, bukan saya bergunjing, tidak memutuskan silahturrahim, Perkataan nan benar dikatakan, tanda sama suci hati, pada adik kandung, sedih hati melihat peruntungannya.

 Kalau bertahun tidak pulang, alamat terkubur di rantau orang, bukannya mudah pergi merantau, si Alam anaknya tampan, jangankan baju nan terbeli, makan saja dikurangi, otaknya di jempol kaki, tidak meniru menauladani, adat orang beristri setahun orang dipakai, terbeli emas agak sedikit, setiap lesung mengharap dedak.

 Mengenai mandenya, anak seperintah kita, bukan kita nan diperintah, rumah Angku Kali tidak jauh, dapat dihimbau diteriaki, pergilah mandeh ke situ, ceritakan segala perasaian, insya Allah bisa selesai.

 Bukan saya mengadu orang bukannya saya hasut dan fitnah kata anak kepada ibunya, kupas kulit tampak isi tidak ada yang bermanis-manis.”

 Selesai ia berunding, dimbil dompet di saku, diberikan uang tiga puluh, untuk membeli sirih pinang dengan gambir.

 “Ambillah uang anak Medan ini.”

 Sudah letih bertengkar, diambil juga oleh Rapiah, mandeh kandung Siti Kalasun, berkata di dalam hati, “Sudahlah gagah baik hati, jarang anak muda sebaik ini, kalau bercerai Sutan Sari Alam, Palindih dijemput sebagai penggantinya.”

 Akan halnya Siti Kalasun, mendengar saja di balik dinding, benci hatinya mendengarnya, kelakuan seperti setan iblis, menceraikan orang bersuami istri, mentang-mentang rancak pula, orang tidak segan

59