Halaman:Siti Kalasun.pdf/68

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

 Akan halnya Sutan Sari Alam, anak orang nan hilang akal, mencari sekali sepekan, banyak jalan daripada berjualan, tiap malam pergi bertamasya, berjoget dan menonton, Asal film bertukar, si Alam tibo dahulu, anak tidak tahu diuntung, tidak tahu dengan miskin mandenya,dimana uang akan didapat, baju sehelai tidak terbeli,alamat badan lapukdi rantau, kalau mau pulang ke Bukittinggi, tidak sedikit belanja,” kata Sutan Palindih.

 Mendengar perkataan nan begitu, berlinang mata Kalasun, berdiri karena malu, dengan ibu kandung, di situ berkata Siti Kalasun,

 “Oi Tuan Sutan Palindih, duduk cucian tertinggal di sumur, saya selesaikan dulu, jangan dulu Tuan berjalan, di sini Tuan makan sore.”

 Menjawab Sutan Palindih, “Jangan adik memasak nasi pula, saya sudah makan di mudik.”

 Kalasun berjalan ke belakang, hatinya hancur pikiran kusut, diserahkan untung kepada Allah.

 Halnya Sutan Palindih, duduk berdua dengan mandeh, berkata Sutan Palindih, “Sabar benar si Kalasun, begitu lama tidak pulang, kabar tidak berita tidak, menurut hukum syarak, enam bulan jalan darek, setahun jalan laut, istri digantung tidak bertali, ditupang tidak bersandar, kalau mengadu kepada Angku Kali, jatuhlah talak satu, begitu waris kata Nabi.

 Coba mandeh pikirkan benar, si Kalasun anak tunggal, tidak ada adik dan kakak, kalau mati Kalasun, baik buruk nan datang, alamat tinggal rumah gadang,sawah dengan ladang, orang lain nan menikmatinya,berkata si Palindih,menghasut dan menipu, fitnah lebih kejam dari kebaji.

 Karena pandai rayunya, perkataan Palindih, termakan pula oleh mandeh, sebesar-besarkayu, terapung juga dalam air, di situ berkata mandeh Kalasun, “Tentang perkataan Sutan, itulah kata

57