Halaman:Siti Kalasun.pdf/50

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

semua yang perlu, selesai meminta izin, kereta kuda menunggu di halaman, naik kereta kuda mandeh Kalasun, begitu juga si Kalasun, pergi mengantar ke Bukittinggi.

Ada sebentar antaranya, kuda berjalan berlari kencang, diturutkan jalan raya, ke ujung pasar Bukittinggi, tidak berapa lama di jalan, sampai di gedung Bukittinggi, kuda berhenti di kampung Cino, baik peruntungan waktu itu, bertemu mobil yang akan berangkat, orang di dalam sudah penuh, ada sebentar antaranya, oto berjalan kencang, meninggalkan negeri Bukittinggi.

Di saat itu kelihatan, si Usat Malin Saidi, kawan lama sekolah di Parabek,berkata Malin Saidi, “Manalah kawan Sabarudin, sudah lama kita berpisah, sekarang bertemu kita kembali, siapa gelar Saba sekarang, adat biasa di negeri kita, kecil dipanggil nama, besar dipanggil gelar.”

Menjawab si Sabarudin, “Saya bergelar Sutan Sari Alam, gelar pusaka turun temurun.”

Berkata pula Malin Saidi, “Rantau mana nan akan ditempuh?”

Menjawab pula Sari Alam, “Semenjak lepas di Parabek, saya tidak pergi kemana-mana, tetap tinggal di kampung, sekarang baru mencoba berjalan, maksud hati hendak ke Medan, dicoba pula nan dikatakan orang.”

Mendengar kata seperti itu, gelak tersenyum Malin Saidi, berkata ia masa itu, “Rupanya seniat kita, sama pergi ke tanah Medan.”

Mendengar kata Malin Saidi, senanglah hati keduanya, mendapat kawan seiring, karena lama bercerita dalam oto, sama mencurahkan perasaian, sampailah oto di Batang Toru, perut sudah terasa lapar, makanlah mereka keduanya.

Mobil berjalan kembali siang malam, masuk hutan keluar hutan, lepas dari Batang Toru, sampailah oto di Sibolga, hendak menjelang Tarutung, tibalah di Danau Toba, berhenti sebentar di Parapat, akan

39