Halaman:Siti Kalasun.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Manalah Adik Kalasun, kalau Adik tidak suka, besok hari kita berhitung, dibuka ikatan nan terikat, sirih pulang kegagangnya, pinang pulang ketampuknya, senangkanlah hati Adik.”

Mendengar suara seperti itu, suara seperti Sabari Munaf, teman sekolah sewaktu di Parabek, dibuka mata dipandangi, gelak tersenyum Siti Kalasun,lalu berkata sesudah itu, “Tuan bernama Sabari Munaf, sama sekolah di Parabek, bukan saya tidak suka, saya nan salah sangka, dikira si Saba tukang gerobak.”

Mendengar perkataan seperti itu, tertawa pula Sutan Sari Alam, “Mengenai nama kecil, ia bernama si Saba, dalam sekolah di Parabek, ditambah dengan nama bapak, bapak bernama Haji Munaf, makanya jadi Sabari Munaf, pandai sekali ibu mencari nama, sesuai nama dengan kelakuan, saya orang penyabar, kalau adik benci kepada saya, saya sabar dengan itu, besoknya saya akan berjalan, sedikit nan menyusahkan, kalau bercerai kita besok, apa pula kata orang.”

Mendengar kata demikian, langsung berdiri Siti Kalasun, direngkuh bahu keduanya, “Tuan tidak boleh berjalan, badan tuan saya nan punya, sudah menjadi milik saya,” berkata sambil tergelak, tergelak pula keduanya, sesudah ia tergelak, entah apa nan terjadi,

Siti Kalasun sekarang tahu, kalau nan menjadi suaminya, adalah teman sama mengaji, senang hatinya sejuk pikiran, suka hati tidak terkatakan, seperti mendapat durian runtuh.

 Orang Padang memintal benang
 Dipintal dilipat-lipat
 Dilipat lalu diduakan;
 Kalau dirantangkan jadi panjang
 Elok dikumpar biar singkat
 Diambil saja nan berguna.

21