Halaman:Siti Kalasun.pdf/110

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

“Mengapa adik bergegas sekali,tidak baik bergegas-gegas, orang penggegas cepat tua,berjalan-jalan kita dahulu, melihat kota Bukittinggi,kampung sudah lama saya tinggalkan,” jawabnya Sutan Sari Alam.

Berjalan juga keliling pasar, dari pasar atas ke pasar bawah, pasar nan sangat ramai sekali, banyak orang kampung nan bertemu, habis tercengang melihat Sari Alam, berubah rupa dari pagi, berjalan tidak menginjit-injit, sudah terlepas tongkat ranting buluh, sudah hilang borok di kaki.

Sudah puas di pasar bawah, berbalik lagi ke pasar atas, berbeloklalu di bawah jam gadang, nan menjadi sumarak keindahan kota, keindahan Kota Bukittinggi, semarak alam Minangkabau.

Senang hatinya Siti Kalasun, berjalan berdua dengan suaminya, suami di kanan dia di kiri, sejuk pikliran saat itu, Selam suami tidak di rumah, tidak pernah berjalan-jalan, sekarang dapat berjalan berdua, seperti ayam lepas dari kurungan, begitu senangnya hati Kalasun.

Selesai minum dan makan, pulanglah mereka lagi, ada sebentar antaranya, tiba bendi sampai di kampung, tercengang sajamandeh Kalasun, melihat anak dengan menantu, sudah berubah dari nan tadi.

Melihat pembelian anak kandung, tahulah orang dalam kampung, bahwa Sutan Sari Alam, orang kaya dari Banjar, terganti rumah mandeh kandung, berganti rumah dengan nan baru, begitu juga rumah Kalasun, rumah gadang beratap genteng,sebanyak itu rumah di kampung, rumahnya saja nan kelihatan, seperti rumah orang di Bandung,bentuk rumah Tuan Komandan.

Tiga bulan lamanya di kampung, selama hari itu, rintang menebus dan mamagang14, terbangkit juga harta nan lama, keluar lantak terbenam15, kolam dan kincir tertebus, kembali kekayaan nan lama, senang hati mandeh dengan bapak,mandeh duduk dengan sukatan16.

14) menerima gadaian

15) terbangkit batang terendam

16) punya banayak harta

99