— 119—
menjapoe sama kakinja dari samping, jang tida ampoen lagi mengenaken toeboenja Liong Tho dan teroes roeboeh ka moeka boemi seperti satoe poehoen jang ditebang.
Liong Tho memangnja tida mempoenjai ilmoe kapandean tinggi dan apabila ia menggoenaken sendjata golok, djoega ia moesti toeroen tangan doeloean, nistjaja ia bisa kaloewarken iapoenja ilmoe silat jang membatjok atawa menoesoek tiga kali, lantas dibarengin dengen satoe kali tendangan. Dengen begitoe ia bisa mengangsek seperti satoe kerbo gila dan sedikitnja tentoe ia bisa menang di atas angin. Tapi djika disoeroe bertanding ilmoe silat tangan kosong soeda tentoe sadja tida ada goenanja.
Sabagitoe lekas Liong Tho djato meloso, Yauw Beng lantas mendjadi iboek dan goesar, dengen satoe kali lompat ia menjengkeram pada Tio Poo, orang siapa tentoe sadja tida maoe kasiken dirinja ditjekal orang. Itoe waktoe djoega ia pentang kadoewa tangannja sembari berlompat menendang. Dak mengenaken badannja Yauw Beng, jang lantas djadi sempojongan sedikit.
„Aja, anakkoe, mari tjoba lagi satoe kali !" berseroeh ia.
Sasoenggoenja djoega, „boek !" kadengerannja Tio Poo poenja tendangan mengenaken lagi bagian pinggangnja itoe orang jang menangtang. tendangan mana membikin Yauw Beng djadi sempojongan lagi doewa atawa tiga kali. Tapi ternjata ia ada sampe bengal dan koewat menahan sakit.
,,Hei, anakkoe, tjoba lagi satoe kali," kata ia sembari berdjengit. Sabetoelnja kaloe berboewat apa-apa soeda berhasil, djangan sekali soeka kaenakan dan oe-