— 115—
Tapi Yauw Beng tida mengopenin, lantas sadja ia moelai meloekisken gambar sama itoe pit di atas itoe papan jang dilapisan loempoer poetih. Itoe gambar meroepaken satoe orang, dengen mata, idoeng, moeloet dan koeping. malah dibagian peroetnja dibikinken djoega satoe poesernja. Sasoedanja seleseh bikin iapoenja loekisan, baroelah ia pasrahken kombali itoe pit dan tjepoek bak pada itoe sinshe khwa-miah, jang lantas berlaloe dengen menggroetoe.
Dengen zonder bikin banjak reclame lagi, itoe waktoe soeda berkroemoem banjak orang jang mengeroeboengin pada iaorang. Yauw Beng dan Liong Tho bereboet maoe kasi pertoendjoekan doeloean; tapi achirnja Liong Tho jang moelai bikin pemboekahan. Tjoema sadja ia tida biasa oetjapken omongan sabagimana biasanja toekang mendjoewal silat,
„Kita orang ada dari laen tempat”, kata ia dengen serat, „dan boekannja soeda biasa mendjoewal silat. Tjoema dari sebab tida mempoenjai oewang boewat ongkos makan dan mondok, terpaksa kita memboeka ini pertoendjoekan. Tapi kita tjoema mempoenjai sedikit tenaga jang kasar boewat dipertoendjoeken pada toewan-toewan sekalian dan djangan dipandang sabagi pertoendjoekan silat jang biasa, hanja anggep sadja sebagi memberi sedikit pertoeloengan pada kita orang”.
Sahabisnja berkata ia lantas moelai iapoenja ilmoe silat golok jang pada saban tiga kali batjokan atawa toesoekan dibarengin sama satoe tendangan. Begitoelah sateroesnja, sebab memangnja ia tida mempoenjai lagi laen matjem kamampoean. Pada sasoedanja berselang bebrapa sa'at lamanja, di antara penonton ada jang me-