-7-
berseroeh dengen keras.- „Binatang jang koerang adjar!” kata ia dengen sengit „tjara bagimana ia ada mempoenjai itoe deradjat boewat tinggal dalem kita poenja kongkoan ini ? Toenggoe, akoe maoe pergi kaloewar....”
Tie Hoa lantas sentak tangannja Tio Houw, tapi loepoet, dan dalem sa'at itoe djoega itoe orang kasar berlompat kaloewar itoe roemah penginepan, di mana ia liat itoe pengoeroes lagi berloetoet di depan djolinja Lie Thian Siang, jang itoe waktoe soeda ditaro di moeka boemi, sedang itoe ambtenaar sendiri dengen pegangan pada tiang pemikoelannja itoe djoli, tjendrongken badannja kaloewar, sembari poęter-poeter kapalanja oendjoek iapoenja tingka jang tengik.
Dari iapoenja soewara bisa dikenalin ia ada saorang kalahiran Selatan. Dan ia itoe boekan laen dari itoe Lie Thian Siang, jang doeloean doedoek sebagi salah satoe hakim dari itoe pengadilan tjampoeran jang mempoenjai anem hakim, koetika lagi mamereksa perkaranja Ngai Houw. Ia memangnja ada kiatpay sama Ma Tjiauw Hian. Ini orang djoega jang soeroe Ngai Houw kenalin Ma Tjiauw Hian palsoe. Blakangan sasoedanja Ma Tjiauw Hian mati dihoekoem, ia tida brani berboewat boesoek lagi, maka iapoenja djabatan bisa naek mendjadi Kong-po-si-long, dan sekarang ia menerima prentah boeat bikin papreksahan keadahan gili-gilinja Soengei Koening.
Di sapandjang iapoenja perdjalanan ia bikin berbagi-bagi pameresan, hingga tempat-tempat jang diliwati poenja pendoedoek banjak jang merasa koerang senang. Sekarang ia djoestroe maoe balik kombali ka Kota Radja dan djalan liwat di sini. Oleh kerna ia poen berdjalan dengen menerima prentahnja keizer, jalah ada hak boewat