Halaman:Si Umbut Muda.pdf/87

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tadi — bermimpi kehilangan burung — bermimpi kehilangan destar. Apa takbirnja itu guru ? Tjoba katakan oleh guru — supaja senang hati hamba!”

Kononlah guru si Umbut — diambil sekali surat mimpi — dibawa ketengah surau — dibilang-bilang hari bulan — menggeleng-geleng masa itu — sambil mengangguk-anggukkan kepala. Berkata guru si Umbut: „O bujung, si Umbut Muda ! Djika itu engkau mimpikan — buruklah itu takbirnja: Kerugian didalam kampung — engkau kehilangan permainan — kematian bini malah itu.”

Mendengar kata demikian — menangis si Umbut Muda — air mata bagai hudjan lebat — djatuh dua djatuh tiga-bagai intan putus pengarang—bagai manik putus talinja-bagai bonai—direntak pagam.

Berkata guru si Umbut: „O bujung, si Umbut Muda! Djangan hati diperusuh — djangan hati dipermabuk — bujung pulanglah dahulu — berdjalan malah kini-kini — djangan tumbuh umpat dengan pudji — kepada orang sekampungmu.”

Mendjawab si Umbut Muda: „Kalau begitu kata guru — kalau 'lah izin dari guru — hamba pulang malah dahulu. Beri ampun hamba oleh guru — beri ma'af banjak-banjak — hamba balik dahsutu pulang. Tunangan hambalah agaknja — bernama Puteri Gelang Banjak — nan sampai adjulu'llilahnja — waktu sakit hamba berdjalan — sedang letih hamba tinggalkan.”

Berkemas si Umbut Muda — berdjabat salam dengan gurunja — diundjamkan lutut nan dua — ditekurkan kepala nan satu — lalu berdjalan ia sekali.

Berapa lama didjalan — tibalah di Kampung Teberau — tiba ia dirumah ibunja — lalu naik ia sekali. Berkata

88