mudik — duduk orang adakah betul — jang ditengah diketepikan — jang ditepi diketengahkan!”
Mendengar kata demikian — 'lah tegak bapak si Gelang — dipandang hilir dengan mudik — dilihat udjung dengan pangkal — pandang djauh dilajangkan — pandang dekat ditukikkan — pandang rusuk digendengkan. 'Lah nampak si Umbut Muda — duduknja dikepala djandjang — diturut oleh bapak si Gelang — dibawanja duduk ketengah. Berkata bapak si Gelang: „O bujung si Umbut Muda — bujung berkisar malah duduk — bujung berandjaklah dari situ — keatas kursi emas ini — djangan bujung disana djua — salah rupa dilihat orang — salab roman dipandang orang.”
Mendjawab si Umbut Muda: „O bapak, dengarkan bapak! pada pikiran hati hamba — 'lah patut hamba disini. Mengapa hamba 'kan berasak — mengapa hamba 'kan berkisar — keatas kursi orang lain — maka hamba duduk kesana?”
Berkata bapak si Gelang: „O bujung si Umbut Muda! djika boleh beli dengan pinta — perlakukanlah kehendak hamba. Bujung kawin sekarang djuga — dengan Puteri Gelang Banjak.”
Mendjawab si Umbut Muda: „O bapak, dengarkan bapak — serta nenek mamak hamba — jang duduk dirumah ini — memintak ampun hamba banjak-banjak — dengarkan hamba ber'ibarat:
Lurus djalan Kampung Tjina,
beri bertonggak batang padi.
Sambut salam si dagang hina,
letak dibawah tapak kaki.
71