Halaman:Si Umbut Muda.pdf/58

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

badan — didemuk dada nan djadjai — mengesan djari nan sepuluh — sebelas dengan bentuk tjintjin. Berkata si Gelang Banjak: „Bingung benar malah bapak — bodoh benar malah kiranja — umbut enau pula bapak bawa — apa gunanja pada hamba? Bagaimanakah bapakku ini — makanja sebingung ini — maka tak tahu kata kias — maka tak tahu kilat kata — 'kan mati djua hamba gerangan.”

Berkata bapak si Gelang: „O upik, anakku sajang! Umbut apakah akan ditjari — umbut apa 'kau kehendaki ? Katakan benarlah sungguh-sungguh — katakan benar kata hati — usah engkau sembunji² usah disimpan² djua — supaja tentu nan 'kan ditjari — supaja tentu nan 'kan diturut; djika djauh kami djemput — djika mihal akan dibeli — asal sakit akan senang.”

Mendjawab si Gelang Banjak: „O bapak, dengarlah bapakku! kalau bapak iba 'kan hamba — kalau bapak sebenar sajang — kalau ada hati hendak mengoba — berhelat besarlah bapak — bantailah kerbau empat lima — tumbangkan rengkiang dua tiga — panggil orang Kampung Teberau — besar ketjil tua muda — laki-laki perempuan — baik imam baikpun chatib — sapu lantaikanlah memanggil!”

Mendengar kata demikian — bermenung bapak si Gelang — dipikir-pikir diheningkan — ditimbang-timbang dalam hati — diturut djuga kata anak — dipanggil orang Kampung Teberau — besar ketjil tua muda — laki-laki perempuan hilir nan serentak galah — mudik nan serangkuh dajung — seberang-menjeberang. Djika djauh kulangsing[1] datang — djika hampir dipanggilan


  1. Sirih jang dikerunjutkan berisi pinang didalamnja, suatu tanda untuk panggilan berhelat.

59