Halaman:Si Umbut Muda.pdf/46

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Banjak, nampak oleh si Umbut Muda — ia sedang di balik aur; berpantun si Umbut Muda:

„Tjempedak berkeping-keping,
terletak didalam buluh.
Djangan lama tegak ditebing,
nanti dibawa tebing runtuh.”

Mendengar pantun demikian — tertcengang si Gelang Banjak — dipandang hilir mudik — dilihat kiri dan kanan — seorang tidak jang tampak; terus djua ia berdjalan — menuju arah kepantjuran. Serta tiba ia dilubuk — dilihat air sudah keruh — lubuk’lah diharu orang — sumur sudah diaduk orang. ’Lah marah si Gelang Banjak — ’lah mentjertja, ’lah memaki; „Anak bintjatjak bintjatjau — anak ngiang-ngiang rimba — anak dapat dalam semak — anak tjentjang penarahan — anak tak bertundjuk beradjari — anak tidak berpengadjaran — lubuk awak diharunja — sumur awak jang dikatjaunja!”

Baru mendengar kata itu — mentjagur si Umbut Muda — tegaklah ia dinan terang; ’lah tampak oleh si Gelang, berpantun si Umbut Muda:

„Tjemetas talang berduri,
lantak sepenuh pematang,
Hari panas elang berbunji,
awak litak, nan kuning datang.”

’Lah marah si Gelang Banjak — lalu diturutnya sekali — didekat si Umbut Muda — ditariknja perian pandjang — diletakannya kepada si Umbut. Djangan si

47