Halaman:Si Umbut Muda.pdf/113

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ibu — O bapak, udjarku bapak! beri izin hamba dahulu — hamba hendak pulang kembali — keranah ke Kampung Teberau — si Gelang bersama pula.”

Menangis ibu si Gelang — menangis mengesak-esak:,,Djika itu bujung katakan — rusuhJah kira-kira hamba — rusuhlah rasa dalam hati — karena mataku belum puas — karena hatiku belum lepas — memandangi kalian kedua. Tapi djika begitu pinta bujung — tak dapat kami menidakkan — bagaimana kami akan menahani? Bujung pergilah dahulu — bujung pulanglah tjepat. Sebuah hanja pinta kami, djangan lama bujung berdjalan — djangan ama kami ditinggalkan. Inilah djenis badan kami — inilah rupa tua badan — haus kemana minta air — Japar kemana minta nasi — rusuh kemana dikatakan? Djika datang sakit ngelu pening — siapalah akan hamba imbau — siapa nan akan membela. Entah terdjadi dinihari — entah mati tengah djalan — apa kan tenggang 'akal kami?”

Mendjawab si Umbut Muda: ,,Djika itu ibu katakan — itu djangan ibu rusuhkan — itu djangan ibu risaukan — itu djangan bapak tjemaskan. Setahun ibu tak bersua — dua musim bapak tidak bertemu — sehari haram hamba lupakan. Djika untung pemberi Allah — tak ada aral melintang — tidak sakit ngelu pening — lekas kami kembali surut!”

Berkemas si Gelang Banjak — bersiap si Umbut Muda — djawat salam dengan mentua — lalu turun ia sekali, "Lah serentang perdjalanan — "lah dua rentang perdjalanan — hampir dekat 'kan tiba — tibalah diperhentian —— ialah di Djirak Djirau Randin — dikaju kandung nan sebatang — diberingin nan rimbun daun — dikanan talang perindu — dikiri beraur Tjina. Hari nan

114