Halaman:Si Umbut Muda.pdf/106

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Kononlah pada masa itu — diguguh tabuh larangan — sahut-menjahut tabuh nan banjak — berdentum tabuh dibukit — membalas tabuh dilurah — terkedjut orang negeri — 'rang banjak hilau-berhilau — pegawai bersama-sama — penghulu berpangkat-pangkat — nan buta datang berbimbing — nan lumpuh datang berdukung — nan pintjang tindjak-tindjaki. Berkata penghulu kampung: ,,Apakah sebab tabuh berbunji — dahulu tidak nan bagini! Apakah sebabnja tjanang dipukul — dahulu tidak nan begitu! Ataukah dubalang nan mendapat — ataukah randa dapat malu — ataukah parit nan 'Iah bubus — ataukah pantjang nan terdampar — ataukah randjau nan 'lah lapuk — ataukah aur nan beretas — ataukah musuh nan mengadang?”

Mendjawab si Umbut Muda: ,,Bukan randa dapat malu — bukan dubalang nan mendapat — bukan musuh nan mengadang: maka ninik mamak dikampungkan — mengulang kata nan dahulu — permintaan dari bapak hamba — kita bertolak semuanja — kita berdjalan kini-kini — ialah keranah Kampung Aur.”

Berkata orang nan banjak: ,,Insja Allah, baiklah itu!”

Akan bagaimana pula lagi — bersiap si Gelang Banjak — memakai tjara puteri-puteri, berkemas si Umbut Muda — memakai tjara rang Bugis — 'lah berdestar seluk timba — bersisamping kain Palembang: dibawakan langkah lima — surut kelangkah nan empat, lalu tegak berdiri betul — ditenggar tjermin nan gedang — dipandang bajang-bajang diri — tegak ketengah bermenung — tegak ketepi- menegun — diputar tjintjin dikiri — dipaling tjintjin dikanan — berdjalan turun sekali.

107