— kebumi mengelimantang. Tertjengang orang nan banjak — bisik 'lah berdesus-desus — garis 'lah berapi — melihat si Gelang Banjak — 'lah mati berbalik hidup.
Berkata ibu si Gelang — berkata ia kepada lakinja: „O tuan bapak si Gelang! Tidak djua kata hamba — sedjak dahulu hamba katakan bahasa si Gelang 'lah balik hidup. Lihat djua oleh tuan — lihatlah dengan sungguh-sungguh — pandang dengan njata-njata. Itu siapa dalam kelambu — bukankah itu si Gelang Banjak?”
Mendjawab bapak si Gelang: „Bingung benar engkau ini — bodoh benar malah kiranja — penglihatan 'kau nan berlainan — pemandangan 'kau nan bertukar. Orang banjak nan serupa — 'lah njata anak kita mati — manakan mungkin hidup lagi?
Kalau boleh siput bertali,
kubawa kedalam lurah.
Kalau boleh hidup dua kali,
tanda kiamat bumi Allah!”
Mendengar kata demikian — berkata si Umbut Muda:
„Ada siput jang bertali,
kuseret menempuh semak.
Ada hidup dua kali,
ialah Puteri Gelang Banjak!”
Berkata pula si Umbut — berkata kepada si Gelang: „O adik Puteri Gelang Banjak — adik keluarlah sebentar — pergilah temui ibu bapak — pergilah djelang
102