Halaman:Si Umbut Muda.pdf/100

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tindjaki. Berkata penghulu kampung: ,,Apa sebab tabuh berbunji — dahulu tidak berguguh? Apa sebab tjanang dipukul — dahulu tidak begitu ? Adakah randa dapat malu — adakah dubalang salah hukum — ataukah parit nan terhampar — ataukah pantjang nan 'lah rebah — ataukah randjau nan 'lah lapuk — ataukah aur nan diretas — ataukah musuh nan mengadang?"

Mendjawab si Umbut Muda: ,,Bukan randa dapat malu — bukan dubalang salah hukum — bukan patir nan terhampa — bukan randjau nan 'lah lapuk — bukanlah musuh nan mengadang. Mana segala ninik mamak — maka hamba himpunkan kemari — djika boleh pinta hamba — hamba hendak mendjamu ninik mamak — meminta kawin masa kini — dengan Puteri Gelang Banjak. Parenailah segala ninik mamak — naik keatas rumah kami."

'Mendengar kata demikian tertjengang orang nan banjak — heran lah hati semuanja — tidak lulus pada 'akal — tidak lantas pada pikiran — si Gelang 'kan hidup-balik.

Baharu tampak oleh si Umbut — orang heran tjengang-tjengang — 'ariflah ia masa itu — bahasa orang tidak pertjaja. Berkata si Umbut Muda: ,,Mana ninik mamak hamba — usah lama tegak dihalaman — parenailah sekali keatas rumah."

Mendengar kata demikian — naiklah orang keatas rumah — lalu diberi minum makan.

Serta sudah minum dan makan — berdiri si Umbut Muda — dibuka kelambu kuning — tersingkap kelambu kasah embun — terbajang si Gelang Banjak — membajang lalu kehalaman — mentjahaja sampai keudara; kelangit berbajang kuning — kelaut berbajang merah

101