Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/84

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

MENJEMPUT UMBUIK MUDO

Sementara kabar beralih, walau beralih tentang itu jua, telah sehari sesudah itu, telah dua hari antaranya, sakitlah si Galang Banyak, sakit yang tidak bangun lagi, nasi dimakan rasa sekam, air diminum bagai sembilu, sudah banyak yang mengobati, banyak tawa11 yang dipakaikan, namun penyakit bertambah dalam, hilang sudah akal bapaknya, remuk sudah hati amainya, melihat penderitaan si Galang Banyak. Telah sehari cukup ketiga, datang pikiran di bapaknya, teringat pula oleh amainya, ditanya pada si Galang Banyak, “Apa benar kah yang sakit, coba katakan pada kami, agar tentu obat dicari, agar jelas obat diminta.” Lalu berkata si Galang Banyak, “Tidak tentu sakit di mana, badan serasa bayang-bayang, kepala rasa kan pecah, darah denai tersirap-sirap, nasi dimakan rasa duri, air diminum pahitpahit, denai inginkan umbut muda, ke ranah Kampung Tibarau, baru sakit rasakan hilang.” Begitulah adanya, berjalanlah bapak si Galang, berjalan cepatcepat, berjalan bergegas-gegas, ke ranah Kampung Tibarau. Baru sebentar Ia berjalan, dekat semakin hampir, hampir rasa akan sampai, tibalah Ia di sana, di ranah Kampung Tibarau, diambil umbut Tibarau, lalu bergegas berbalik pulang, berjalan cepat-cepat, hati cemas darah tak senang, si Galang sakit ditinggalkan. 11) Tawar : Jampi

73