Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/54

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

katakan kata mati, denai sampaikan kata putus. Tentangnya tuan Umbuik mudo, siang tak jadi angan-angan, malam tak jadi impian, sungguhpun elok tuan Umbuik, tahulah denai di eloknya, elok karena kain dipinjam, sungguhpun besar tuan Umbuik Mudo, Denai lah tahu di besarnya, besar terbawa di ruasnya, sungguhpun kaya tuan Umbuik Mudo, denai tahu di kayanya, kaya dari emas bawaan bapaknya, untuk gelang kaki denai takkan sampai. Tentang tuan Umbuik Mudo, usah disebut dua kali, sedangkan yang sekali ini, jika tersentuh denai empelas, jika tersinggung denai kiraikan, jika terbawa denai kembalikan, tidak usah diulang lagi, berdiri bulu remang denai!” katanya si Galang Banyak, tanpa menenggang perasaan orang. Akan hal amai si Umbuik, bagai ayam kena pukul, hati gatal mata digaruk, berjalan dengan hati iba, berjalan tertatih-tatih, berjalan tertegun-tegun. Kepundan kulitnya manis Pucuk sibayur-bayur tinggi; Berundung-undung sambil menangis Begitu perasaannya kini. Telah serentang perjalanan, berhenti amai si Umbuik, duduk bermenung di pinggir jalan, keringatnya menganak sungai, mengalir ke tulang punggung, dipikir-pikir dalam hati, dipatut-patut dengan akal, terkira pula yang merusuh. Apakah yang merusuhkannya, apakah yang dirisaukannya, jika terbit usut dan selidik, jika datang sudi dan tanya, dari si buyung Umbuik Mudo, apa kan tenggang badan diri, kalau dikatakan semuanya, kalau diberitakan habis-habis, pasti nanti Dia marah, Mengkudu di dengung-dengung Dua dengan dahan silaranya; Belum dianjur sudah tertarung Alamat badan akan binasa. 43