Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

sampai ke cucu elok jua, yang ditenun orang berparuh, yang dirakit orang berinsang, mengulas ke air lidah, memutus ke lidah api.

Telah terpakai serba sehelai, telah berdestar belah kacang, si samping upih kan jatuh, sudut menikam empu kaki, berkata si Umbuik Mudo, “Duhai Amai denai, pandanglah sungguh-sungguh, sudah pantaskah denai memakai?”

Menjawab amai si Umbuik, “Kalau itu Buyung tanyakan, sudah tidak diragukan lagi, sempurna sudah tampaknya.”

Lalu berjalan si Umbuik Mudo, ditunggangi kuda belang, berjalan perlahan-lahan, menempuh jalan yang panjang. Telah dijinjing guratehnya (celotehnya), telah mendua-dua lunak, genta besar heboh mengheboh, genta kecil panggil memanggil, dari yang maju lebih ke surut, terinjak semut tidak mati, mati batang berbujuran, alu tertarung patah tiga.

Dekat semakin hampir, hampir rasakan tiba, sampai Ia di halaman, merentak kuda si Umbuik, merentak meringkik panjang, terkejutlah sang guru, tercengang orang yang banyak, tegak berdiri semuanya, meninjau ke pintu utama, nampaklah si Umbuik Mudo, lalu berkatalah gurunya,

“Cempedak di tengah laman
Dijolok dengan empu kaki;
Janganlah lama tegak di laman
Ambil cibuk cucilah kaki.”

Lalu naiklah si Umbuik Mudo, begitu naik langsung menyembah, menyenmbah kepada gurunya:

“Dari dusun ke Situjuh
Siraut perambah paku
Paku digulai untuk berbuka;
Disusun jari yang sepuluh
Ditundukkan kepala yang satu
Ditekukkan lutut yang dua.”