Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/26

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

sudah benarkan denai memakai, sudah pantaskah kelihatannya?”

Menjawab amai si Umbuik, “Kalau itu Buyung tanyakan, sepertinya tidak kan mungkin, karena berpakaian segala hitam, datang cacat di orang kampung, nanti dikira gagak terbang.”

Mendengar kata demikian, diganti pula pakaiannya, dipakainya segala putih, lalu berkata si Umbuik Mudo, “Coba Amai perhatikan, sudah baguskah denai memakai?”

Menjawab amai si Umbuik, “Jika itu Buyung tanyakan, rasanya tidak kan mungkin jua, mungkin karena segala putih, salahnya hanya sedikit, bangau terbang kata orang.”

Mendengar kata demikian, diganti pula lah pakaian, dilepaskan dari badan, dipakai segala merah, setelah ia berpakaian, bertanya lagi ke amainya, “Amai pandang sekali lagi, pandanglah sungguhsugguh, sudah baguskah yang begini?”

“Kalau itu Buyung tanyakan, kalau bagus memanglah bagus, namun karena segala merah, kesumba terhampai sangka orang,” katanya amai si Umbuik.

Terbit muak di hati si Umbuik, mulai rusuh kira-kira, kalau begini keadaannya, tidak kan jadi denai berjalan, hari semakin tinggi jua, lalu bertanya si Umbuik Mudo, “Duhai Amai denai, mana pakaian akan denai pakai, mana pakaian yang eloknya, cobalah Amai katakan, cobalah Amai pilihkan.”

Mendengar kata demikian, lalu berkata amai si Umbuik, “Kalau itu yang buyung tanyakan, pakailah segala sehelai.”

Lalu begitu sajalah, berpakaianlah si Umbuik Mudo, berdestar pelangi aceh, bukan pelangi orang kini, pelangi orang dahulunya, berbaju beludru gandum, bukan beludru orang kini, beludru masa orang dahulu, tidak lekang oleh panas, tidak lusuh dipakai. Berkain palembang aceh, bukan palembang nenek kini, palembang nenek moyangnya, sudah lama turun termurun, pantang koyak kalau dipakai,