Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/122

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

Begitu mendengar tabuh berbunyi, tercengang si Rambun Ameh, tersirap darah di dada, lupa di badan seketika, lalu mengucap masa itu, “Ya Allah ya Rasulullah, Ya Tuanku junjungan denai, tabuh apakah ini gerangan, meninggalkah Puti Galang Banyak?”. Diambilnya payung panji, diikatnya kain sekayu, turunlah Ia seketika, telah berlari-lari kecil, baru sebentar Ia berlari, tiba lah Ia di rumah itu, dilihat orang sudah penuh, banduanglah16 bunyi ratap, naiklah Ambun ke atas rumah, langsung melihat ke si mayat, meratap si Rambun Ameh, “Ke rimba mencari cendawan Anak siamang bergantungan; Kakak sudah pergi berjalan Pada siapa adik dipertaruhkan. Kain putih cuci dengan embun Bawa ke air buang daki; Kakak sepantun kasih embun Hilang kemana akan dicari. Beruas-ruas buku jagung Beruas sampai ke bukunya; Puas hati tuan kandung Kakak berjalan karena lakunya. Beruas buku jagung Beruas pula buku talang; Puas hati kakak kandung Kakak denai terbaring seorang.” Mendengar ratapan si Rambun, menangis puti yang berenam, meratap menggarung panjang, berkata sambil berpantun, “Sejak semula Denai pintakan Tidak diletak dalam padi Terbang si burung dihamparkan; 16) Bunyi ratap seperti dengungan

111