Halaman:Seri Pahlawan, Abdul Moeis; 1980.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

nal yang lainnya pun berpendapat seperti itu pula.

Dalam tahun 1916, bersama-sama dengan Haji Agus Salim, Abdul Moeis memimpin surat kabar Neratja (baca : Neraca). Surat kabar itu terbit sampai tahun 1924. Neratja banyak menyuarakan haluan politik Sarekat Islam, dan termasuk surat kabar terkemuka pada masa itu.

Sebagai seorang manusia, Abdul Moeis harus pula memikirkan kehidupannya. Ia harus makan, membeli pakaian dan kebutuhan lainnya. Honorarium yang diterimanya sebagai seorang penulis tidak mencukupi. Sebagian dari penghasilan itu disumbangkannya untuk kepentingan perjuangan.

Untuk menambah penghasilannya, dalam tahun 1917 ia bekerja sebagai pegawai pajak gadai di Bandung. Dengan cepat ia memperoleh simpati di kalangan buruh pegadaian. Mereka senang kepada Abdul Moeis. Pengaruhnya makin lama makin besar.

Waktu itu di Eropah perang masih berkecamuk dengan hebatnya. Orang ramai membicarakan masalah pertahanan Indonesia. Karena itu dibentuklah sebuah komite yang diberi nama ”Indie Weerbaar”. Komite itu menuntut kepada Pemerintah Belanda supaya pertahanan Indonesia diperkuat. Tetapi masalah itu tidak dapat diselesaikan di Indonesia. Karena itu komite mengirimkan tiga orang utusan ke Negeri Belanda. Abdul Moeis adalah salah seorang di antaranya.

30