Halaman:Seri Pahlawan, Abdul Moeis; 1980.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Abdul Moeis giat belajar. la ingin agar cita-citanya lekas tercapai. Aiangkah gembira hati ayah dan ibunya nanti, kalau ia pulang ke kampung sudah menjadi dokter. Ia akan bercerita kepada teman-temannya tentang pengalamannya selama bersekolah. Ia akan menceritakan kepada ayah, ibu, dan keluarganya tentang kota Batavia. Mereka pasti akan tercengang. Penduduk Sungai Puar tentu akan bangga sebab seorang putranya telah menjadi dokter.

Tetapi bukan itu saja yang penting bagi Abdul Moeis. Ia sudah membayangkan bagaimana ia sibuk mengobati orang-orang yang sakit. Ia akan menolong orang kampungnya dan orang kampung lain. Ia akan menolong bangsanya. Ia akan menerangkan kepada mereka bahwa kebersihan sangat perlu untuk kesehatan. Banyak lagi angan-angannya.

Karena ia belajar dengan tekun, maka setiap tahun ia naik tingkat. Abdul Moeis sudah duduk di tingkat tiga. Ia sudah mulai melakukan praktek bedah. Pada suatu hari, ketika ia melakukan praktek bedah, kepalanya terasa pusing. Semula dikiranya hanya sakit kepala biasa. Tetapi dalam praktek-praktek berikutnya kepalanya tetap terasa pusing. Maka mulailah ia menyadari kelemahannya. Ia tidak tahan melihat darah banyak mengalir.

Abdul Moeis menjadi sedih. Cita-citanya untuk menjadi seorang dokter mulai kabur. Ia tak akan pulang ke Sungai Puar membawa ijazah dokter. Ia tak akan pernah memakai pakaian putih-putih seperti

16