Halaman:Sepanjang Abad Sastrawan Sumatera Barat.pdf/24

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

itu, bisa dimaklumi mengapa nama A.A. Navis identik dengan dunia cerpen. Padahal, pengarang ini juga menulis novel, sandiwara radio, dan puisi.

Tiga cerpennya, yaitu Jodoh, Effendi, dan Orde Lama diikutsertakan dalam lomba penulisan cerpen yang diselenggarakan Radio Nederland dan cerpen Jodoh berhasil memenangi Hadiah Kincir Emas. Beberapa cerpennya, seperti Robohnya Surau Kami, Angin dari Gunung, dan Pak Menteri Mau Datang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Jepang, dan Malaysia.

Dalam berkarya, Navis cenderung mengungkapkan pikirannya dengan tegas. Ia tidak segan-segan mengkritik dan “mencemo-oh". Kebiasaan ini didapatnya ketika ia belajar di INS Kayutanam. Di sana ia banyak bergaul dengan murid yang berasal dari Pariaman. Pariaman adalah daerah yang penduduknya dikenal sebagai pencerita serta pencemooh ulung. Bergaul dengan pencemooh melatih Navis untuk bersikap kritis. Cemooh yang kadang sinis, kadang sarkastis itu hadir dalam cerpen-cerpennya. Kemampuannya mencemooh