Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/66

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

BAB II
ARTI SENI PATUNG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
BATAK

Pada lebih kurang 3000 tahun yang lalu Sarjana lpes berkebangsaan Belanda menyatakan bahwa Tanah Batak sudah dikenal, secara luas disebabkan Bandar Tua Barus pada waktu itu berfungsi sebagai pusat perdagangan (Kapur Barus) antara benua Asia, Afrika, dan Eropah Barat. Juga daerah ini dikenal, karena memiliki aneka ragam kesenian tradisional, masih hidup baik sampai saat ini.

Rumah adat tradisional dengan aneka ragam ornamen yang mewarnai bangunan rumah sebagai peninggalan sejarah membuat kita selalu terpesona akan keahlian yang dimiliki ahli bangunan serta pengukirnya. Lebih daripada itu bangunan atau yang menjulang dalam susunan balok-balok merupakan bukti pula betapa tingginya jangkauan ilmu bangunan nenek moyang suku Batak.

Bersamaan dengan itu kita masih dapat pula melihat seni tradisional lainnya seperti seni patung, seni tenun, anyaman.

Demikianlah kehadiran seni patung primitip selain ritual magis juga memiliki arti simbolis dan perlambang. Sikap Budaya masyarakat Batak, terhadap seni patung sebagai hasil karya budaya,, sampai dewasa ini masih dapat kita lihat. Diantaranya upacara pengobatan tradisional, Kesenian rakyat seperti si Gale-Gale di Tapanuli, Tembut-tembut di Karo dan kesenian di lain-lain daerah yang termasuk dalam rumpun suku Batak.

Sikap budaya yang sedemikian itu kemudian dihubungkan dengan aliran kepercayaan seperti yang dianut oleh nenek moyang, nyata masih melekat pada sebagian suku-suku Batak. Terbukti sampai dewasa ini sikap-sikap budaya seperti yang diuraikan di atas oleh masyarakat yang tinggal jauh dipedalaman, masih dipegang teguh. Cara-upacara tradisional seperti mperumah tendi, nguncang kuta, ngarkari, ngulak, masih bisa diadakan. Kemudian dihubungkan dengan seni patung dengan berbagai macam perwujudan bentuk, ternyata dalam upacara ersilihi (upacara pengobatan tradisional) sampai sekarang masih terdapat di berbagai daerah. Dengan demikian jelaslah betapa tingginya pandangan mereka terhadap nilai seni patung dalam berbagai seginya. Namun bagi daerah yang telah menganut agama Islam dan Kristen kelihatannya mereka cukup fanatik, sehingga patung yang pada mulanya dipuja sebagai penghormatan terha-

57