Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/40

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

keperluan upacara agama atau pemujaan kepada arwah nenek moyang dan akhimya mereka mengenal suatu jenis kese­nian"5).

Kendatipun tingkat kehidupan masyarakat pada zaman prasejarah masih dalam tarap primitif namun masyarakat telah menunjukkan rasa mampu dalam arti telah dapat menyelaras­kan kehidupannya dengan kondisi yang ada. Demikian pula hal­nya dengan nenek moyang suku Batak pada zaman prasejarah telah mampu membembenahi hidupnya ke jenjang yang lebih baik jika dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya.

Dari rumah sebagai tempat tinggal yang mereka bangun bersama kemudian berkembang menjadi sebuah desa. Melalui desa ini pulalah akhirnya mereka memiliki pemerintahan guna mengatur masyarakat, mengatur adat-istiadat dibawah hukum­-hukum adat yang mereka junjung tinggi. Hukum adat bukan hanya dipakai sebagai hukum dalam hubungan satu dengan lain­nya tetapi hukum adat juga mengatur tentang cara hidup ber­masyarakat, hidup berkeluarga, dan bersaudara dalam arti yang lebih luas.

3. Kepercayaan.

Dalihan Natolu yang merupakan pedoman tata cara hidup bermasyarakat bagi orang-orang iiatak, yang juga merupakan kesimpulan dari tiga masalah, kepercayaan dan adat-istiadat.

M. Hutasoit pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Tapanuli Utara mengatakan, bahwa masyarakat Batak zaman dahulu mempercayai Tuhan Yang Maha Agung yang dinamai Ompu Tuan Mula Jadi Na Bolon (Tuhan = Debata). Sebagai Tuhan dari dunia atas ia disebut Tuan Bubi Na Bolon, Sedangkan Tuhan dari Dunia Tengah disebut Ompu Silaon Na Bolon, dan sebagai Tuhan dari dunia bawah disebut Tuan Pane Na Bolon. Oleh orang Batak Karo menyebutnya Dibata ldatas, Dibata ltengah dan Dibata Interuh. Lengkapnya menurut kepercayaan Batak selain dari tiga Dibata ( Tuhan) seperti yang diuraikan di atas masih ada lagi Dibata yang lain kekuasaannya sebagai penghu­bung dari ke tiga Dibata itu, diberi nama Tuan Pane Na Bolon yakni Tuhan antara lautan dan kilat. Sedang menurut kepercayaan Batak Karo disebut Sinarmatahari atau Tuhan yang berada di antara matahari terbit dan matahari terbenam.

31