Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/34

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
Demikianlah patung-patung ataupun arca yang pada mulanya didasari oleh paham-paham kepercayaan (animisme) akhirnya mengalami pembaharuan sesuai dengan perkembangan zaman. Namun demikian, perbedaan dan persamaan terhadap hasil-hasil kesenian oleh pengaruh kebudayaan yang datang dari luar akibat pergaulan antar bangsa, pengalaman-pengalaman dengan data-data peninggalan kesenian khususnya seni patung di daerah Batak dan Nias, sudah memberi wama yang cukup jelas bahwa hasil kesenian dengan bukti-bukti yang masih ada, suku Batak dan Nias telah memberi corak kekhususan (kepribadiannya) seperti karya-karya seni patung Bali,Toraja, dan Asmat dan daerah lainnya.

B. Arkeologi.

PeninggaIan dari benda-benda bersejarah di Sumatera Utara menunjukkan bahwa penduduk yang tertua mempunyai ciri-ciri Austro Melanenosoid, sesuai dengan jenis-jenis artefak yang diketemukan. Penyebaran penduduk ini berlangsung pada masa prasejarah yakni pada zaman mesolithikum (zaman batu tengah), kebagian Timur Indonesia sampai ke pulau Irian, sedang ke bagian Barat jejak-jejaknya terdapat di Sumatera Utara dan Semenanjung MeIayu. Tempat tinggal mereka di dalam gua-gua (Aris sous roche) dan di daerah muara sungai dekat pantai. Peralatan yang mereka pakai terdiri dari bilah kasar, tulang, tanduk, dan kerang. Penduduk tertua yakni orang-orang Austro Melanesoid sangat gemar makan kerang, seolah-olah kerang adalah makanan utama mereka pada zamannya.

Kulit kerang yang merupakan sisa makanan akhirnya menjadi bukit kerang, sebagai bukti peninggaIan ini masih banyak kita temukan di beberapa tempat di Sumatra Utara. Timbunan sampah dari sisa makanan ini oleh para ahli sejarah kepurbakalaan disebut Kjokken modinger (sampah dapur).

Lebih kurang pada th. 2000 Sebelum Masehi, barulah datang suku melayu Tua (Proto Melayu). Kira-kira th. 1000 Sebelum Masehi disusul oleh suku Melayu Muda (Deutro Melayu). Menurut penelitian beberapa ahli diantaranya dalam monografi sejarah dan budaya Drs. EK Siahaan, Prof Keren, dan Von Heine Geldern, penduduk asli itu berasal dari dataran Asia dan termasuk salah satu cabang ras Mongoloid.

25