Uraian pada kutipan di atas memperjelaskan kembali tentang uraian-uraian yang terdahulu bahwa seni topeng yang terdapat di daerah Simalungun, Tapanuli, Pakpak Dairi dan Karo mempunyai daya magis, sekalipun bentuk ataupun coraknya berbeda-beda.
Di lain hal perlu dicatat bahwa proses perbedaan bentuk itu terjadi akibat proses perkembangan kebudayaan yang terus mendesak hingga di penghujung abad XX sekarang ini. Dari awal tulisan ini kami telah kemukakan bahwa fungsi seni rupa (seni patung) yang terdapat di daerah Batak dan Nias mempunyai peranan yang sangat fundamental, demikian juga halnya dengan seni topeng itu sendiri.
Ditinjau dari kehadiran seni topeng di daerah Batak jelas berasal dari kebudayaan Dongson. Pengaruh dari kebudayaan ini akhirnya memberi warna kepada kebudayaan Batak umumnya. Di daerah Batak Tapanuli bukti peninggalannya masih dapat kita lihat pada omamen-ornamen yang bertaburan pada dinding-dinding rumah adat tradisional, hanya seni topeng di daerah tersebut tidak berkembang seperti halnya seni topeng yang terdapat di daerah Simalungun dan Karo.
Untuk membicarakan perkembangan seni topeng selanjutnya kami awali dengan seni topeng yang terdapat di daerah Simalungun, sebagai awal dari kehadiran seni topeng di daerah Batak.
a.Seni Topeng di daerah Simalungun.
Topeng yang terdapat di Simalungun mulanya diawali pada zaman kekuasaan raja-raja Simalungun. Disebabkan oleh mangkatnya putra tunggal raja, suasana kerajaan diliputi kesedihan terlebih-lebih bagi permaisuri raja (puang bolon). Penderitaan yang dialami raja membuat kekhawatiran selurruh keluarga dan rakyat negeri, sampai kepelosok Pakkalan Bolon daerah tempat pengambilan nira (bargot).
Oleh keluarga istana berusaha untuk menghibur raja nemun usaha itu sia-sia. Akhimya timbul ide, untuk mengadakan sebuah pertunjukkan dengan lakon yang lucu di hadapan baginda raja yakni tari topeng.
Bahannya terdiri dari pelepah bambu yang dibentuk menyerupai tampang manusia yang lucu, bahkan ada juga yang membuatnya
105