BAB III
TOPENG
Pandangan hidup sebagai gaktor utama yang melandasi sikap masyarakat Batak yakni setia kepada tata krama tradisional, setia dan taat kepada adat istiadat (dalihan na tolu), setia dan hormat kepada nenek moyang. Kesetiaan inilah yang menyebabkan kebudayaan masyarakat Batak itu pada umumnya tetap langgeng sampai saat sekarang.
Pada setiap upacara adat kepercayaan tradisional masih tetap menyertainya, seperti upacara turun kesawah, upacara memanggil hujan, dan memasuki rumah baru. Dalam hal ini, topeng selamanya tidak pemah tertinggal dalam setiap upacara.
Topeng adalah salah satu bagian dari seni patung dan mempunyai kebutuhan spiritual sebagai sarana kepercayaan kepada nenek moyang. Oleh karenanya topeng-topeng itu selalu menyertainya pada upacara-upacara adat. Kalau pada seni patung seperti contoh gambar-gambar yang diterakan pada buku ini adalah gambaran tentang nenek moyang atau para leluhur yang mempunyai kekuatan magis, maka topeng-topeng itu juga mengandung nilai simbolis. Topeng yang terdapat di daerah Batak Karo disebut gundala-gundala sedang
di daerah Simalungun huda-huda. Oleh masyarakat Pakpak Dairi disebut mangkuda-mangkuda. Topeng itu ditampilkan pada upacara memanggil hujan di samping sebagai hiburan raja-raja, baik yang masih hidup atau yang sudah mati, terlebih-lebih oleh masyarakat Batak, raja dianggap sebagai pelindung kerajaan.
Berhubung topeng-topeng yang terdapat di daerah Batak sudah
sangat langka, namun masih perlu dilestarikan, akan diuraikan secara ringkas dalam beberapa seginya. Betapa sebenarnya peran topeng di tengah-tengah masyarakat Batak, kiranya bisa dijadikan bandingan dengan peranan topeng di beberapa daerah lainnya di Indonesia.
102