Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/85

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

Dari sini jelaslah bahwa bagaimana sikap masyarakat itu terhadap sesuatu masalah, hal itu bisa tercermin pada sikap tokoh alim ulamanya. Itu berarti bahwa suara a1im ulama adalah menjadi suara masyarakat di tempat itu.

5. 2. 2 Upacara Pertanian

Upacara pertanian bagi penduduk suku bangsa Banjar tidak banyak yang dilaksanakan. Hal itu sering dihubungkan dengan syariat agama Islam dan sedikit berbaur dengan acara kebiasaan yang bersifat tradisional. Sehari sebelum masa bertanam padi di sawah, biasanya pada malam harinya dilaksanakan acara selamatan di rumah masing-masing petani dengan pembacaan doa selamat.

Kebiasaan yang bersifat tradisional ialah makanan yang disuguhkan dalam acara selamatan itu selalu dalam hidangan ketupat dengan ikan tawar yang diberi berkuah. Ketupat-ketupat itu dibikin dalam motif-motif yang disebut ketupat burung, ketupat bangsal, ketupat rasul dan bentuk-bentuk motif lainnya. Sedangkan ikan tawar yang dibikin gulai telah dikhususkan sejenis ikan gabus. Tradisi ini telah berjalan berpuluh-puluh tahun tanpa perubahan dan tanpa pertentangan, dan bahkan selalu dilaksanakan dengan meriah di desa-desa daerah pertanian sawah 8 ).

Apabila tiba masa panen, maka penduduk setempat mengadakan gotong-royong untuk mengetam padi yang disebut dengan istilah "baarian ". Sistem gotong-royong mengetam padi itu dilaksanakan secara ganti-berganti dalam jumlah kelompok yang sama. Misalnya pada minggu pertama bergotong-royong mengetam padi anggota yang satu, maka pada minggu berikutnya bergotong-royong mengetam padi anggota lainnya. Pemilik sawah yang bersangkutan cukup menyediakan makan siang dan kue-kue sekedarnya.

Setelah seluruh padi selesai dituai, di situlah timbul acara "ahui", yakni semacam tarian tradisional untuk melepaskan