Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/82

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

72

Dalam dunia bisnis, elite ekonomi tetap dominan dipegang oleh orang Cina, dan hanya beberapa persen dipegang oleh orang Banjar. Memang dalam realitas jumlah orang Banjar tampak lebih besar, tetapi dalam angka persentasi Cina tetap unggul. Kebiasaan mereka hidup ulet, hemat dan kerja keras tetap mereka pertahankan. Berbeda dengan pengusaha Banjar, belum modal kuat sudah membeli bermacam kebutuhan yang sebenarnya hanya kepentingan gengsi sosial saja. ltulah sebabnya pengusaha Banjar mudah bangkrut dan gulung tikar. Kecuali pedagang Alabio yang tetap bertahan sampai sekarang menjadi saingan pedagang Cina, terutama pedagang-pedagang kain. Organisasi mereka yang kuat, juga mereka umumnya adalah aliran sekuler, atau pembaharu dalam agama.

Golongan yang berikutnya seperti pedagang biasa, pedagang emas, kain, kelontongan, pancarakinan, juga pegawai negeri sipil, ABRI. Menyusul golongan yang terbesar adalah pedagang eceran, kaki lima, nelayan, buruh, buruh tani, tukang, kuli-kuli, gelandangan dan lain-lain.

5.2 Agama dan Adat-istiadat

Di atas telah dikatakan bahwa masyarakat Kalimantan Selatan setia memeluk agama Islam yang dianut mereka akan tetapi ternyata kepercayaan kuno tidaklah hapus sama sekali. Lebih-lebih hal itu akan dapat disaksikan di desa-desa dalam peristiwa-peristiwa tertentu yang menyangkut persoalan adat-istiadat, masalah tradisional dan faktor-faktor sosial hidup masyarakat. Sistem kepercayaan kuno itu bersumber dari sisa-sisa kepercayaan animisme, dinamisme dan Hinduisme yang secara sadar atau tidak sadar masih terus melekat dalam peristiwa kehidupan sehari-hari, misalnya dalam Adat Perkawinan.

Dalam menentukan pilihan jodoh misalnya, masih terdapat sistem yang disebut dengan istilah "babilangan", yakni suatu kepercayaan kuno kepada dukun untuk mengetahui apakah nanti perjodohan itu baik atau sebaliknya. Selanjutnya