Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/25

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

15

2.3 Perkembangan Admtnistrasi Pemerintahan

Sejak berdirinya Kerajaan Dipa yang berpusat di pedalaman, kemudian berpindah ke daerah pantai daerah Kuin Cerucuk atau Kerajaan Banjar (1526), sampai akhir kerajaan Banjar yang dipimpin oleh Sultan Tamjidillah (1860) sistem kepemimpinan berlangsung secara tradisional. Hubungan kekeluargaan memegang peranan penting. Raja sebagai penguasa mempunyai fungsi yang memberikan ketenangan pada rakyatnya, artinya rakyat mengikatkan dirinya pada tradisi, tetapi mereka juga menyesuaikan dengan perubahan-perubahan masyarakat. Perubahan-perubahan itu mereka terima tanpa mengganggu keserasian susunan masyarakat. Karena itu pengaruh asing dalam perubahan yang drastis secara ekstrim mereka menolaknya.

Susunan pemerintahan Kerajaan Banjar pada abad ke-16 adalah sebagai berikut. Raja menduduki hirarki yang tertinggi. Di bawahnya terdapat Mangkubumi dengan tanda-tanda upacara, 2 awinan tumbak, 1 payung bawat, 1 kendaga, 1 lampir, 1 tempat roko. Di bawah Mangkubumi terdapat: Panganan, Pangiwa, Mantri Bumi dan 30 orang Mantri Sikap. Seorang Mantri Sikap ada mempunyai 100 orang pegawai. Lalawangan, kedudukan kurang lebih seperti Kepala Distrik masa penjajahan. Sarawasa, sarabuna, sarabraja, Kuala diseluruh padalaman keraton. x) Mandung, Paksayuda, Kepala Balai Rongsari dan Bangsal. Mamagarsari adalah pengapit raja disiti luhur. Pariwala, Singatana, Singataka dan Singapati. Kuasa dalam urusan dagang dan pasar. Sarageni dan Saradipa, kuasa dalam urusan alat senjata Puspawana, kuasa dalam urusan tanaman, hutan, perikanan, temak dan berburu. Pamarakan, dan Rasajiwa. Pengurus umum tentang keperluan-keperluan Padalaman dan padudusan. Kadang Aji dan Nanang, Ketua Balai petani. Wargasari, pengurus besar tentang persediaan bahan makanan, terutama lumbung padi. Angpmarta dan Astaprana, Juru Bandar dan Juru tabuhan. Kaum Mangumbara adalah Kepala Pengurus Upacara.