Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

13

layah kerajaan Banjar disatukan menjadi wilayah Hindia Belanda yang disebut Zuider en Oosterafdeeling van Borneo.

Kota Banjarmasin makin terkenal, karena kota ini menjadi ibu kota distrik Banjarmasin, sekaligµs menjadi ibu kota onderafdeeling Banjarmasin, dan menjadi ibu kota "Resedentie nuider en oosterafdeeling van Borneo" sampai tahun 1937.[1] Pada tahun 1938 menjadi ibu kota "Gauvernement Borneo" tempat kedudukan seorang Gubernur Belanda dengan dr. J. Haga sebagai Gubernur Belanda yang pertama dan terakhir sampai dengan tahun 1942.

Selain itu Banjarmasin menjadi penting dalam arus lalu lintas pelayaran dan perdagangan di Indonesia Tengah.[2] Kapal-kapal layar dan api masuk dan ke luar sampai ke pelabuhan Banjarmasin. Jika air surut kapal-kapal agak sulit memasuki pelabuhan di -dalam kota, kecuali air pasang naik kapalkapal dan perahu-perahu layar dapat dengan mudah ke luar dan masuk pelabuhan Banjarmasin. Pelabuhan Banjarmasin terletak di sungai Martapura, yaitu sebuah anak sungai Barito. Untuk memasuki sungai Martapura menuju pelabuhan dan kota Banjarmasin harus melalui beberapa tikungan dan rintangan, kira-kira 20 km panjangnya dari muara sungai Barito. Masuk arah ke kota Banjarmasin, akan menemui Kampung Mantuil dan Basirih tempat pasar terapung di atas air. Dalam periode ini jalan-jalan darat masih kurang, sehingga jalan air besar peranannya.[3]

Pusat-pusat kota dari pelabuhan, memanjang sampai sungai Martapura, Pasar Baru, Kediaman orang-orang Belanda, Fort Tatas, dan Pasar Lama. Di daerah pelabuhan berderet kantor-kantor dinas duane dan bangunan pangkalan pelabuhan yang letaknya membelakangi sungai Martapura. Kapal-kapal terletak pada sisi barat dan perahu-perahu terletak pada sisi timur. Pelabuhan ini mengadakan hubungan tiap 14 hari sekali dengan kapal dinas KPM Jakarta - Surabaya - Banjarmasin yang bermuatan 200 ton, dan seminggu sekali dari Singapura - Ujung Pandang - Surabaya melalui Banjarmasin ke Samarinda.

  1. M. Idwar Saleh (1958). Banjarmasin. Balai Pendidikan Guru. p. 34. 
  2. Encyclopaedie van Nederlandsche-Indie. 1917. p. 374. 
  3. H. Ramli Nawawi & Tamny Roeslan, et.al. (Tim) (1984). Sejarah Sosial Daerah Kal-Sel. Depdikbud, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek IDSN. p. 80.